Sabtu, 16 Agustus 2014

Cerita Wisudaku: Part 2

Yap. Seperti yang sudah saya katakan pada Cerita Wisudaku: Part 1, saya akan menuliskan kelanjutan kisah wisuda saya di tulisan lain. And here it is! Sembari menyela kegiatan menyapu pagi, wkwkkw. Saya pikir saya terkena gangguan nomophobia (i.e. tidakbisa lepas dari gadget) ckckckc.

Kisah yg ini akan menjadi sedih dan miris, tidak seperti Part 1 yang, well, terdengar konyol. Jadi ceritanya pas acara wisuda di GSP sudah selesai, saya sms mamak untuk bertanya lokasi mereka (bapak mamak) ada dimana. Dan mamak langsung telp. As always, sms dibalas telpon. Kelihatan kan mana yang sudah sukses dan mana yang masih prihatin wkwkwkw :p Mamak bilang ada di selatan tenda penukaran snack. So, cus saya kesana dan ketemu! Mamak pakai kebaya putih kombinasi hijau kekuningan dan bapak pakai batik ungu (yang dulu saya belikan, pakai voucher dari bank wkwkwk). Semacam terdengar tidak matching ya? Emang! Tapi tak apa. They still looked great together!

When I came to them, I saw mom was crying. Touched by graduation? I dont think so, karena wisuda kali ini tanpa prestasi. Ternyata apa? Mamak baru dapat telpon dari pakde tertua kedua dari bapak kalo pakde tertua pertama dari bapak baru saja meninggal. Deg. Innalilahi wa inna ilaihi rojiun. FYI, pakde memang sudah lama opname di Rumah Sakit. Semoga Allah mengampuni segala dosanya dan menerima segala amal kebaikannya. Aamiin. Tolong kirim Al Fatehah ya, temans. Terima kasih :)

Well, sempet bingung juga harus gimana. Happy and sad at the same time. Akhirnya kami memutuskan untuk tidak melanjutkan acara wisudanya. Maksud saya, bapak dan mamak pulang, dan tidak ikut wisuda fakultas. Tapi kami masih menyempatkan foto bareng dulu. Yap. Foto di salah satu stand yang ada di depan GSP.

Mbak-mbaknya menawarkan harga 150rb untuk 3 foto. Nawarlah si bapak. FYI, bapak has better skill in bargaining than mamak does. Terjemahannya adalah: bapak lebih ngeyel dan keukeuh daripada mamak :p. Setelah penawaran alot karena mbaknya bilang "Semua harganya sama, Pak. Bisa dicek," akhirnya kami berhasil mendapatkan haga 125rb untuk 4 foto. dan mbaknya berbisik, "Tapi jangan bilang2 sama temen2 lainnya ya, mbak?" Sounds cool, huh? Well, not bad. Pelajaran pertama: jangan langsung manut pada penyedia jasa, perjuangkan hak kalian untuk dapat harga terbaik! Selanjutnya, kami dijepret jepret jepret jepret (4x kan tuh? Heheh). Eh tapi sakjane dijepretnya 8 kali ding, karena setiap pose selalu dijepret ulang dengan tablet saya hoho.

Setelah itu, bapak mamak pulang dan saya antar sampai parkiran karena memang jalannya searah dg jalan ke fakultas. Selanjutnya? I was left alone. Sedih :( Lalu saya lihat ada Siti, one of my best bullying friend, bersama bapak ibuknya yang juga jalan menuju fakultas. Refleks, saya kejar mereka dan mengatakan pada ibuknya "Buk, saya diadopsi sementara ya? Bapak mamak saya barusan pulang karena pakde meninggal. Huhuhu." Dan well, they (reluctantly?) accepted me as a temporary adopted child hehhe.

Trus saya tanya apakah mereka sudah foto. Siti bilang sudah. Saya tanya lagi dapat harga berapa. Dia bilang dapat harga 100rb untuk 4 jepretan. Nguk! Pelajaran nomer 2: jangan kepedean dan menganggap penawaranmu adalah yang terbaik! Errrrr.

Sampai di fakultas, kami sempat foto-foto dengan beberapa teman yang menyempatkan datang untuk sekedar mengucapkan selamat. Selanjutnya, acara di fakultas dimulai dan kami harus melepas toga. Lepas lepas lepas. Tapi saya ngga punya plastik untuk membawa toga dan tetek bengeknya serta ijazah, sehingga saya pun menyamperi petugas catering untuk minta plastik. Setelah itu, saya dan teman-teman masuk dan diminta untuk duduk di depan. Saya perhatikan mereka, tidak ada satupun yang membawa tentengan plastik besar seperti saya. Betapa tidak, keluarganya pastilah sudah membawakan semua itu untuk mereka. Sementara saya? Sedih banget :( Akhirnya saya titipkan tas plastik besar itu ke suami mbak Novi, salah satu teman wisuda saya *nangis* Thank you suaminya mbak Novi :)

Kemirisan belum berakhir sampai disitu, teman. Setelah acara selesai, saya dibingungkan dengan pertanyaan "Kamu mau pulang naik apa, Ndum?" Secara tadi pagi kan datangnya naik taksi dan niatnya pulangnya dianter bapak mamak sampai kos. Well, (calon) adek ipar saya, Lupi, did come and brought me a bunch of flower. Thank you, honey :* Dia juga nunggu sampai acara di fakultas selesai (entah so sweet atau karena pengen makan es krim? *peace*), tapiiiii dia datang membawa sepeda saja, teman! Iya, sepeda! Kenapa? Karena dia sedang diet (niatnya?). Duh. Akhirnya, saya minta tolong Siti untuk nganterin. Dan thank Allah, dia mau. Thanks a lot, Siti! :*

Sekian kisah wisuda saya yang "berkesan" ini. Terima kasih sudah membaca dan bersimpati haha.

2 komentar:

  1. wkwkwkw... sebenernya masih konyol cerita wisudaku ndang :v .. isin meh dishare ngahahaha ,,,
    btw iki S2 po S3 ?

    aku S kapok ...wkwkw

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyakah? Wkwkwkkww,, share dong mbro ;)
      S2 sikik.. s3 ne sedelo engkas.

      P.S. s3 disini mskde estri :p

      Hapus

sok dikomen,, sepuas-puasnya boleh asalkan tidak mengandung unsur SARA, diskriminatif, melecehkan, dan segala sifat-sifat tercela yang lain... ^^