Senin, 04 Agustus 2014

Bepergian di Hari Selasa Bawa Sial: Myth or Fact?

Pagi ini saya mau nulis tentang kisah good & bad luck yg saya dan teman saya alami dalam perjalanan menuju Madura beberapa bulan yang lalu.

Saya, mba Eni dan mas Endi berangkat ke Madura pukul 10.00 dari terminal bus Giwangan Yogyakarta dan memilih naik bus Eka. Harga tiketnya 80rb/orang dan dapet makan siang sekali, air minum, serta hiburan musik dangdut (full!) yang kerasnya kagak nahaaaaaannnn .

Tidak ada yg istimewa dari perjalanan ini, selain fakta bahwa sopirnya lumayan ngebut dan bikin busnya bergoyang-goyang dahsyat, yang akhirnya bikin saya pusing.

Di sepanjang perjalanan, ada anak lelaki kecil genduuuuutttt sekali, usia 4 tahun yang duduk di barisan depan saya bersama bpknya. Dia sering menengok ke belakang, memperhatikan saya dan mba Eni. Setelah dipikir2, anak ini caper. Setiap kali kami memberikan perhatian, dia akan makin "menjadi", mulai dari minta makan terus-terusan pada ibunya setelah kami bilang "kok makan terus sih.?"; menarik-narik tirai bus yang saya lembarkan untuk menutupi panas matahari, dan berujung pd kompetisi tarik tirai (krn konsepnya sama dg tarik tambang) antara kami berdua, dsb.

Selanjutnya, kami sampai di terminal Murabaya jam 19.00 dan langsung berlomba tarik koper nyari bus patas ke Madura. Pas sudah dapat, saya dan Mba Eni langsung masuk krn bus sudah mau berangkat, sedangkan mas Endi masih di luar, masukin koper2 dan tas2 ke bagasi bersama kondektur busnya. Busnya, lucky us, sudah hampir penuh, jadi tdk ada kursi yg memungkinkan kami utk duduk berjejer. Dengan kata lain, misahlah kami. Saya duduk di tengah jejer dengan seorang bapak2, mba Eni duduk di belakang diapit seorang ibu dan seorang bapak. Mas Endi duduk di belakang di kursi tambahan. Di situ, saya mencoba mengajak bicara bpk2 yg duduk di sebelah saya. Ya, selain berusaha untuk mencairkan suasana, saya ini kan ngga bs duduk diam!

Dari situ, bapak2 yg minta dipanggil 'kakak' saja ini berkata akan turun di Sumenep (juga) setelah saya (dengan salah) menyebut bahwa kami akan turun di Sumenep. Sebenarnya saya tdk yakin juga akan turun dimana, belum sempet bertanya pada mas Endi. Lalu dia menawari utk menjadi guide kami kalo mau jalan2 di Sumenep. Dia juga minta pin BB saya (dg serius), dan membuat saya sangaaaaatt awkward! Daaaaan tebak apa yg terjadi? Krn saya ini orang Jawa tulen yg sering ngerasa ngga enak (the feeling of pekewuh), saya ngga bs menolak permintaan yg face-to-face sperti itu! I know I know, I'm an idiot, right? Tapi, Allah baik! Dia ngijinin sinyal BB ndlap ndlup dan akhirnya request nya ngga sampe. Jd meski dia nanya2 terus, saya tinggal bilang, blm ada request masuk. Later on, ketika request nya sampe, saya reject wkwkwkwkwkwkkw.. ohhh,, baru kali ini merasa senang dan bersyukur dapat sinyal jelek!
Dan ada beberapa hal lain yang membuat saya scared alias ketakutan sendiri. Akhirnya saya sms (sinyal utk WA kan masih ngga nyaut tuh) mba Eni. Seketika, mas Endi pun dikirim utk "rescue" saya dari situasi tersebut dg cara duduk di kursi tambahan dekat saya. Pas sudah ada mas Endi, bpk2 itu tdk ikut ngobrol dg kami, pdhl sebelumnya meminta (jika tdk bs dibilang mendesak?) saya utk nanya ke teman saya tentang tujuan spesifik kami di Sumenep. Atau mungkin dia tdk ikut ngobrol krn tidur? Setelah beberapa pemberhentian, ada byk kursi yang kosong. Kami berdua pun pindah ke belakang dekat mba Eni. Yah, saya pamit juga ke bapaknya. Saya kan sopan! Ehmmmm.

Nah, selidik punya selidik, kami turun di Pamekasan! Wilayah sebelum Sumenep hahahaha. Untung saya salah sebut! Pas kami sampai dan mau keluar bus, asumsi saya, kami pasti ngelewati bapaknya lagi kan? Wong tujuan dia setelah kami, dan kursi dia di depaaaaan kami. Guess what was there? He wasnt there! Aneh nggak tuh? Ckckckkckc,, it freaked me out even more, apalagi setelah inget kalo dia blg turun di Sumenep setelah berasumsi kami turun di sana.

Oh well, puncak dari cerita yg menginspirasi judul di atas adalah: kami kehilangan satu koper! Iya, koper! Tepatnya koper mbak Eni. Bayangkan betapa merepotkannya kehilangan satu koper yang berisi baju-baju terbaik untuk perjalanan akademis (seminar) selama 5 hari. Tujuan utama sih sebenarnya Bangkok, tapi kami terbang dari Surabaya dan pengen menyempatkan main ke Madura dulu. Well, kembali ke kejadian di bus, kondekturnya bilang "Mungkin jatuh pas tadi bagasi sempat terbuka di pertigaan bla bla bla. Ngga mungkin diambil orang karena blm ada yg ambil barang di bagasi selain kami." Nah loe? Bpknya terlihat sangat tidak enak pada kami, dan kami meminta nomer hape bapaknya utk masalah ganti rugi kalo kopernya tdk ketemu.

Dan sampai saat saya menulis cerita ini, koper itu belum ketemu. Untungnya bpk kondektur itu punya iktikad baik utk ganti rugi. Sayangnya, bpknya tdk punya uang untuk mengganti. Klasik sih. Tapi saya bs memahami situasinya. Berapa banyak sih pendapatan seorang kondektur kalo masih harus tanggung jawab kerugian semacam itu? Mana perusahaan busnya nggak mau bantu. Ya kami jd ngga tega sama bapaknya. Sama keluarga bapaknya. Kasian mbak eni, kasian pak kondektur, kasian keluarga bapaknya, sialan perusahaan bus.

Dan. Ada apa dengan judul tsb? Iya, karena setelah segala hal tsb tjd, ada gugon tuhon yg tetiba kami ingat "dilarang bepergian atau pulang dari bepergian pd hari selasa, bisa sial." Nah loe?!
Ya selaku makhluk yg mengenyam bangku kuliah, kami ngga percaya. Apalagi jdwal kepulangan kami besok juga di hari selasa. Bs berabe kan kalo kami percaya. Huhuhuhu. Tapi alhamdulillah, perjalanan kami selanjutnya lancar dan kami selamat sampai pulang kembali :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

sok dikomen,, sepuas-puasnya boleh asalkan tidak mengandung unsur SARA, diskriminatif, melecehkan, dan segala sifat-sifat tercela yang lain... ^^